Kamu Tim Mana, Hijab Segi Empat atau Pashmina?

Kamu Tim Mana, Hijab Segi Empat atau Pashmina?

“Hijabku banyak juga ya, ada kali 50an lebih. Ini belum yang udah kukasihin. Tapi kok kayaknya aku pakainya itu-itu aja ya?” ujar saya pada suami sambil beres-beres gantungan hijab di dalam lemari beberapa hari yang lalu.

Nggak sadar memang, tanpa dihitung ternyata koleksi hijab sudah lumayan banyak. Padahal saya baru berhijab tahun 2014 lalu. Kalau dipikir-pikir ke belakang, kayaknya saya sering impulsif belanja hijab dulu. Apalagi pas masih kerja dan nggak ada liputan, saya bisa spontan belanja ke Thamrin City, Ambass, atau Tanah Abang. Sekalinya belanja jilbab bisa 3-4 warna pada model yang sama. Akhirnya jadi numpuk deh.

Pun pas udah nggak kerja, kadang kalau lagi impulsif belanja hijab ya kayak yang kalap belanja aja. Apalagi lewat aplikasi belanja online. Belum lagi kalau ada teman atau tetangga yang jualan dan nawarin ke saya, pasti saya beli walaupun 1 biji dengan alasan nggak enak atau nglarisin. Alhasil hijab di rumah bertumpuk. Sayangnya, kebiasaan saya kalau pakai hijab sukanya ya itu-itu aja. Jadi banyak hijab yang akhirnya dikasihin atau diminta saudara kalau pas lagi main ke rumah.

Ngomong-ngomong soal hijab, saya alhamdulillah sudah mau masuk tahun ke 4 memakai hijab. Nggak kerasa emang dan selama itu pakai hijab. Semoga bisa istiqamah terus. Dari 4 tahun pakai hijab, saya mayoritas punya 2 model hijab yaitu hijab segi empat dan juga pashmina. Selebihnya ada bergo atau hijab instan yang hanya dipakai di rumah atau saat keluar di sekitar rumah yang jaraknya nggak begitu jauh. Hijab instan pun hitungannya sedikit, hanya hitungan jari karena selama ini favorit saya tetap hijab segi empat dan juga pashmina.

(Baca juga: 7 Hijabers Cantik yang Nggak Bikin Menyesal Kalau Kamu Follow Akun Instagramnya)

Pashmina, Idola di Awal Memakai Hijab

Pashmina sebetulnya adalah jenis kain wool kashmir. Tekstil yang dibuat dari wool tersebut pertama kali ditenun di India. Nama pashmina diambil dari kata Pashmineh (Bahasa Persia) yang artinya terbuat dari wool (wikipedia.com).

Namun agaknya di Indonesia, arti pashmina memiliki pergeseran makna ya. Segala hijab yang bentuknya selendang besar memanjang disebut sebagai pashmina. Makanya nggak jarang kita lihat berbagai online shop yang menawarkan ‘pashmina’ chiffon, kaos, rawis, dan lain sebagainya. Akhirnya saya sendiri pun ikutan salah kaprah dan kebablasan dengan menyebut semua selendang besar dengan pashmina biar lebih gampang.

Di awal pakai hijab, hari pertama ke kantor tepatnya, saya masih ingat pakai pashmina yang motifnya kotak-kotak kayak sorban/keffiyeh. Awal pakai hijab, saya masih suka lihat tutorial hijab di Youtube bahkan sampai download dan disimpan di hape. Salah satu Youtuber favorit saya dulu buat tutorial hijab adalah Natasha Farani.

Baca Juga:   Bebas Repot dengan Celana Kulot

(Baca juga: Mengapa Menjadi YouTuber?)

Makanya nggak heran kalau pas awal-awal, model hijab yang saya pakai yang rumit dan banyak menggunakan jarum pentul. Maklum, masa itu adalah masa eksplorasi. Untuk bereksplorasi, model hijab yang paling pas buat saya ya pashmina, yang bisa dilipat, dililit-lilit, dipentul disana-sini, atau bahkan dibuat layer.

STYLE PASHMINA ALA RATNADEWI

Saking senangnya sama pashmina, saya bahkan nggak pernah nurut sama peraturan kantor. Dulu kantor saya mengharuskan reporter yang berhijab  memakai hijab warna hitam atau merah sesuai seragam. Sementara bahan hijabnya diusahakan katun paris. Biar seragam dan rapih kalau pas on cam. Sayangnya saya jarang nurut. Saya lebih senang pakai pashmina yang kadang warnanya nggak sesuai sama perintah kantor, toh jarang on cam ini. Sekalinya pakai yang warna merah atau hitam, saya lebih suka pakai pashmina biar bisa dimodel-model pakainya dan nggak terlihat begitu-begitu saja.


Karena saking senangnya sama pashmina, saya bisa beli banyak pashmina semodel cuma beda warna. Sekalinya beli 4-5 warna biar murah (ala Tanah Abang atau Thamcit banget nih). Alhasil karena kebiasaan ini, pashmina di rumah jadi numpuk. Yang dipakai pun akhirnya cuma yang itu-itu aja, haha. Bahkan sekarang frekuensi saya pakai pashmina udah lumayan jarang karena sudah berpindah ke lain hati yaitu ke hijab segi empat.

(Baca juga: Dukungan bagi Muslimah Seluruh Dunia dalam Aidijuma X World Hijab Day)

Plus-minus pakai pashmina:

Plus

  • bisa dibentuk berbagai macam model hijab
  • (buat saya) kesannya lebih formal, saat kondangan biasanya saya cenderung pakai pashmina
  • bisa dipanjangkan untuk menutupi dada
  • biasanya bahan pashmina nggak mudah kusut, jadi lebih aman kalau buat dibawa traveling atau pulang kampung
Baca Juga:   Ide Couple Look Keren dan Antialay buat Pasangan

Minus

  • membutuhkan banyak jarum pentul atau peniti buat memakainya. Kalau buat ibu-ibu yanh sering gendong anak kecil pasti mikir 2 kali.
  • rata-rata berbahan tipis, kalaupun ada yang tebal bikin panas pas dipakai
  • beberapa bahan saat distyling jadi model hijab tertentu nggak membentuk kepala. Kalau kata teman saya, berkesan kepala saya jadi kayak gundul. Saya kadang mikir iya juga ya, haha.

Hijab Segi Empat yang Tak Lekang Zaman

Hijab model segi empat sama sisi (pashmina juga segi empat tapi persegi panjang) ini saya sebutnya hijab klasik. Pasalnya, model ini sudah ada sejak dulu. Sejak hijab hanya mengenal model hijab anak pesantren, hijab yang dipakai pun segi empat. Sejak saya kecil dan khatam Al Quran, pakainya hijab segi empat. Pun saat pelajaran agama pas sekolah juga pakainya hijab segi empat. Jadi, model hijab ini sudah ada sejak dulu hanya saja seiring perkembangan zaman sekarang sudah muncul banyak variasinya.

(Baca juga: 5 Tiruan Gaya Berhijab Ibu Pejabat)

Hijab segi empat zaman dulu hanya hijab kain, biasanya kain katun, dengan minim motif. Rata-rata adalah polosan dengan bordir di pinggirnya. Sementara sekarang, hijab segi empat sudah berkembang pesat. Dari yang polos hingga printing semua ada. Dari yang berbahan katun, paris, satin, sutra, maxmara, organza, dan masih banyak lagi.

Awal pakai hijab, saya hanya punya 2 warna hijab segi empat yaitu merah dan hitam sebagai syarat kalau ada liputan resmi nan rapi yang hijabnya harus disesuaikan dengan warna seragam. Tapi seiring berjalannya waktu, hijab segi empat itu jarang dipakai karena saya nggak bisa memakainya dengan rapi. Apalagi saat itu kalau ke kantor saya selalu dibonceng motor pakai helm, udah pasti bagian pet-nya jadi kusut masai pas sampai kantor.

Tapi masalah saya kenapa nggak mau pakai hijab segi empat ya memang adalah selalu terlihat kusut di bagian pet karena bekas lipatan. Pasalnya, metode saya menyimpan hijab ya dilipat sampai kecil biar muat ditaruh di lemari. Maklum lemari saya udah kepenuhan baju, hahaha. Ya disetrika dulu donk kalau mau pakai! Duh, ribet bok! Saya bukan orang yang betah menyetrika hijab dulu sebelum dipakai. Jangankan menyetrika hijab, menyetrika baju saja sebulan sekali.

Namun lain ceritanya ketika hijab segi empat marak akhir-akhir ini khususnya yang menyerupai model-model Turki. Saya pun berubah haluan jadi menggilai hijab segi empat terutama yang bermotif besar dengan warna yang lumayan mencolok. Alasannya simpel, kalau di foto kelihatan warnanya lebih hidup. Selain itu, beberapa bahan hijab seperti maxmara atau satin nggak gampang lecek atau kusut, nggak kayak katun paris. Jadi aja lebih enak pakai hijab segi empat.

STYLE HIJAB SEGIEMPAT ALA RATNADEWI

Baca Juga:   Tetap Menawan dengan Hijab Instan

Plus minus hijab segi empat

Plus

  • jika dipakai model klasik (yang hanya dilipat segitiga lalu dikerudungkan ke kepala) terlihat lebih membentuk muka
  • simpel dalam pemakaian, dengan 1 pentul pun udah jadi
  • modelnya everlasting alias bisa dipakai sampai beberapa tahun mendatang (kayak hijab coklat gradasi yang sering saya pakai itu udah dari saya SMA yang dibeli buat pelajaran agama)

Minus:

  • untuk beberapa bahan mudah kusut khususnya terlihat pada bekas lipatan apabila menyimpannya dengan cara dilipat
  • untuk beberapa bahan buat saya nggak cocok dipakai di acara resmi, kalaupun dipakai untuk acara resmi harus ditambah aksesoris
  • ukuran standar hijab segi empat tidak terlalu besar, kadang susah kalau dibuat untuk menutup dada

Buat hijab segi empat vs pashmina ini, saya pernah bikin polling iseng-iseng di instagram. Hasilnya, kebanyakan pro hijab segi empat karena lebih praktis. Apalagi kalau yang udah punya buntut, segi empat lebih praktis. Bahkan, lebih praktis lagi banyak yang bilang kalau pakai hijab instan. Nah saya belum sampai tahap itu tuh, hijab instan, soalnya masih banyak waktu senggang buat untel-untel hijab.

Kamu #teampashmina atau #teamhijabsegiempat? Kalau dulu pas awal pakai hijab aku sukanya pakai yang model pashmina diubet-ubet dengan banyak lilitan. Kalau mau pakai lihat tutorial dulu biar kata udah mepet waktu berangkat ke kantor. Walaupun dulu kantor menyarankan pakai hijab segiempat warna merah atau hitam buat reporter tapi tetap aja kupakai pashmina. Kadang kotak-kotak kayak motif keffiyeh, kadang abu-abu atau merah gradasi. . . Eh sekarang malah udah males pakai pashmina ubet-ubet. Ribet bok! Kalaupun pakai yang model pashmina juga di acara-acara tertentu dan bukan model yang ribet. Sekarang justru sukanya pakai hijab segiempat yang praktis. Cuma pakai 1 jarum pentul, udah deh jadi. . . . #hijaber #hijabstyle #hijaboutfit #daysofhappiness

A post shared by Ratna Dewi (@ratnadewime) on

sama-sama bisa dibikin jadi turban, kamu sukanya fashion yang mana?

Jadi sekali lagi, kamu sukanya pakai hijab segi empat atau pashmina nih? Yuk komen di kolom komentar!

 

23 Comments
Previous Post
Next Post
Ayomakan Fast, Feast, Festive 2023
Rekomendasi

Jelajahi Kuliner Bersama AyoMakan Fast, Feast, Festive 2023