Mempopulerkan Purworejo di On Track Magazine

Mempopulerkan Purworejo di On Track Magazine

Sebelum, saat, atau sesudah membaca tulisan ini mungkin kalian akan bilang saya norak atau lebay. Nggak apa-apalah tapi ya inilah ungkapan perasaan girang saya karena sekali lagi bisa memperkenalkan kampung halaman saya, Purworejo pada khalayak umum di media majalah walaupun itu hanya majalah di kalangan terbatas.

Jadi gimana sih ini maksudnya?

Jadi begini, pertengahan Maret lalu tiba-tiba saya dihubungi oleh seorang teman yang sekarang menjabat pemimpin redaksi semacam in house magazine yang baru untuk PT KAI, On Track Magazine. Teman saya yang bernama Ambar pengen saya menuliskan tentang wisata dan kebudayaan Purworejo karena kebetulan sering melihat saya menulis tentang Purworejo di blog. Terdengar seperti ´nepotisme´ ya? Tapi saya yakin, Ambar memilih saya juga bukan karena aji mumpung. Karena saya pun juga kerap menulis tentang Purworejo dan sebelumnya pernah kerjasama dengannya untuk me-review sebuah resto dimana ia bekerja sebagai marketing di sana.

Tanpa pikir panjang, tawaran Ambar pun saya iyain karena pertama saya mikirnya ini adalah salah satu cara buat mempromosikan Purworejo lebih luas lagi pada masyarakat. Yang kedua, ini adalah kesempatan saya untuk bisa menulis di media cetak, yang mana saya pernah beberapa kali mengirim karya ke media cetak namun nggak pernah dimuat, hiks.

(Baca juga: Modal Nekat dan Tekad Mempopulerkan Purworejo)

Tapi satu hal yang menjadi masalah adalah sebenarnya saya nggak cukup pede buat menulis di media. Okelah kalau di blog saya bisa nulis sebebas-bebas dan sepanjang-panjangnya karena ini adalah media yang saya punya. Bahasanya pun menyesuaikan dengan bahasa yang biasa saya gunakan sehari-hari. Jadi agak aneh memang, soalnya dulu saya bisa banget nulis feature atau nulis buat media. Lha wong saya lulusan jurnalistik yang selama 6 tahun (iya, 6 tahun) digembleng jadi mahasiswa plus pernah job training di media cetak nasional juga. Nah sekarang jadi aneh aja karena kebiasaan nulis di blog lalu diminta buat menulis di media cetak.

Baca Juga:   Alternatif Wisata Religi dengan Akomodasi Aman saat Pandemi

Masalah selanjutnya adalah belum semua objek wisata di Purworejo saya kunjungi. Untuk menulis rubrik Indahnesia yang diminta Ambar, yaitu rubrik tentang tempat wisata, minimal saya menulis 3-4 tempat wisata di Purworejo biar kaya informasi. Sedangkan saya baru mengunjungi 2 dari 4 objek wisata yang saya tulis. Jadi saya harus riset dan tanya-tanya teman seperjalanan saya yang pernah mengunjungi objek-objek itu.

(Baca juga: #ExplorePurworejo (Bagian 1): Menikmati Bruno dari Ketinggian di Curug Gunung Putri)

Sementara untuk rubrik Tanah Air Beta yang isinya tentang kebudayaan Purworejo, saya malah blank sama sekali. Tahu sih kebudayaan apa saja yang ada di Purworejo tapi belum pernah menulisnya secara serius. Alhasil, saya pun minta ´bala bantuan´ teman-teman saya yang memang suka eksplor Purworejo. Untuk foto, saya banyak meminta kepada Amien Budiarto, teman yang sudah seperti ´ketua tim´ kala eksplor ke daerah-daerah Purworejo. Sedangkan untuk tulisan rubrik Tanah Air Beta, saya berkolaborasi sama teman SMA saya yang juga suka eksplor Purworejo yaitu Taufan Sulistyo Darmawan. Beruntung, Taufan juga punya banyak stok foto yang ciamik jadi untuk urusan foto bisa dibilang aman.

Karena wisata dan kebudayaan Purworejo sebenarnya sangat luas, saya pun memilih untuk mengerucutkan apa yang ingin saya tulis. Kalau wisata pantai atau sejarah sudah cukup mainstream, saya memilih mengangkat potensi wisata di daerah Bruno, Purworejo. Selain saya pernah mengalami sendiri traveling ke beberapa destinasi di sana, sekalian saya membantu masyarakat di Bruno untuk mengembangkan potensi wisatanya.

Sementara itu, untuk rubrik Tanah Air Beta saya mengangkat cerita tentang Gejog Lesung yang dilestarikan kembali oleh warga Gunung Condong, Bruno. Untuk rubrik ini, saya harus bekerja sama dengan Taufan. Kenapa harus bekerja sama? Soalnya saya bukan pelaku utama yang melihat langsung kesenian ini ditampilkan, melainkan Taufan. Jadilah Taufan yang jadi pembuat cerita utama tulisan ini, sedangkan saya memperbaiki alur dan menambahkan beberapa informasi tentang Gejog Lesung.

Baca Juga:   Aron Hotel, Hotel Klasik Murah Meriah di Pusat Kota Purwokerto

(Baca juga: #ExplorePurworejo (Bagian 2): Napak Tilas Curug Kyai Kate)

Masalah lain datang saat minggu-minggu proses menulis. Saya terserang flu dan terkena bakteri. Alhasil, kepala pusing dan badan yang sakit untuk bergerak. Jangankan buat mikir bikin tulisan, buat gerak dan buka laptop aja susah banget. Saya yang biasanya bisa menyelesaikan tulisan dengan lebih dari 1000 kata hanya dalam 1-2 hari, lhaa ini tulisan yang hanya 600-700 kata dalam seminggu kok nggak selesai-selesai. Apa yang saya tulis rasanya ´wagu´ alias nggak cocok saat dibaca ulang. Jadilah itu tulisan yang udah ada 1 paragraf dibaca lalu hapus lagi. Itu terjadi beberapa hari.

Seperti halnya tugas kuliah, inspirasi karena desakan hadir saat detik-detik menuju deadline. Deadline yang tadinya ada di akhir Maret 2018 dimundurkan oleh Ambar menjadi awal April dengan pertimbangan mungkin karena saya menyerahkan 2 tulisan. Dengan segenap sisa-sisa kekuatan di masa pemulihan pascasakit, saya pun bisa menyelesaikan 2 tulisan dan menyerahkan banyak foto tentang Purworejo. Tentulah semua ini bisa terjadi juga karena kerjasama dengan Amien dan Taufan. Saat menyempurnakan tulisan untuk rubrik Tanah Air Beta, saya banyak berdiskusi juga dengan Taufan.

Saat ini, 2 tulisan saya bersama dengan teman-teman sudah terbit di Majalah On Track edisi bulan Mei 2018. Majalah ini terbatas, tidak dijual dan hanya diperuntukkan khusus bagi para penumpang kereta api eksekutif jarak jauh. Bagi kalian yang sedang di perjalanan naik kereta eksekutif, silakan baca tulisan saya yang berkolaborasi bersama teman-teman, kalau perlu fotoin juga, hehehe. Semoga dengan dimuatnya tulisan tentang Purworejo ini semakin bisa mempromosikan pariwisata dan budaya kampung halaman saya, Purworejo tercinta.

Baca Juga:   Telisik Unik Imlek, Keliling sambil Belajar Sejarah dan Budaya Tionghoa di Jakarta

Monggo mampir Purworejo!

 

 

 

Notes:

  • Featured image by Amien Budiarto. Foto ini adalah salah satu foto yang dimuat di Majalah On Track rubrik Indahnesia

4 Comments
Previous Post
Next Post
Ayomakan Fast, Feast, Festive 2023
Rekomendasi

Jelajahi Kuliner Bersama AyoMakan Fast, Feast, Festive 2023