Repotnya Punya Nama Pasaran

Repotnya Punya Nama Pasaran

Pagi ini saya membuat pengumuman yang revolusioner. Kemarin malam tepatnya, saya (akhirnya) mengganti nama akun-akun social media saya dari @jawzq menjadi @ratnadewime. Katanya sih biar lebih profesyenel karena nama JAWZQ terlalu jauh dari RATNA DEWI atau DEWI RATNASARI. Tapi, saya memakai nama JAWZQ juga bukan tanpa alasan. Salah satu alasannya adalah karena nama asli saya terlalu pasaran di jagad maya ataupun nyata.

Siapa yang punya nama pasaran coba ngacung? Saya yakin banyak. Punya nama pasaran itu ada enaknya tapi banyak repotnya juga. Kalau di era saya nama Budi, Ani, Dewi, Aji, Galih, Aditya, Annisa, Ika, dan masih banyak lagi itu termasuk nama-nama yang pasaran atau banyak digunakan. Nah, sekarang tergantung akhirannya apa. Kalau nama depan pasaran tapi nama akhiran unik masih bisa diingat atau diidentifikasi. Lha kalau nama depan pasaran trus nama belakang pasaran juga? Orang kadang jadi nyaru.

Saya bukannya nggak bersyukur dengan nama pemberian orang tua. Saya mah bangga banget. Tapi saya juga menyadari kalau nama DEWI RATNASARI itu pasaran banget dan ketika saya sudah berkenalan dengan internet nama itu jadi susah buat diidentifikasi atau di-branding. Andai zaman dulu sudah ada konsultan nama kayak Mbak Armita. Saya pengen telepati ibu saya pas lagi hamil biar nama anaknya pesan aja di konsultan nama misalnya dengan nama Scarlett, Laetitia, atau Titania. Keren nggak?

Dari Dewi Ratnasari Jadi Ratna Dewi

Saya dilahirkan dengan nama asli DEWI RATNASARI. Dewi artinya perempuan, Ratna artinya permata, dan Sari artinya inti. Jadi orang tua saya punya harapan anaknya kelak akan bersinar seperti inti permata. Bapak saya yang penggemar berat Bung Karno terinspirasi dari nama salah satu istri beliau yaitu Dewi Soekarno yang nama aslinya Ratna Sari Dewi. Jadi bukan Desi Ratnasari ya. Karena orang biasanya suka menyangka kalau nama saya meniru Desi Ratnasari. Dewi Soekarno katanya cantik banget (sampai sekarang sudah tua pun masih cantik kok). Makanya, bapak saya pengen anaknya cantik kayak beliau.

Kerepotan mulai muncul ketika sekolah. Mulai SMP hingga kuliah, saya selalu punya teman sekelas yang nama depan atau panggilannya sama. Meeennn, nama Dewi kan ada dimana-mana. Coba tengok kanan dan kirimu pasti ada. Begitu juga dengan saya. Saat SMP saya punya teman sekelas namanya Dewi Puspita Sari. Jadilah nama depan kami yang sama menyulitkan guru kalau memanggil. Akhirnya, Dewi Puspita dipanggil Dewi Pus dan saya dipanggil Dewi Rat. Begitu seterusnya sampai kuliah saya masih punya teman sekelas dengan nama panggilan Dewi dan teman-teman akhirnya punya penamaan sendiri buat saya maupun teman saya yang nama panggilannya sama.

Baca Juga:   Berjejak dan Berbagi di Acara KEB 11 Tahun

Pas masuk kerja di TV One, nama saya mulai jadi polemik lagi. Karena sudah ada reporter senior yang namanya Dewi juga yaitu Dewi Budianti. Jadilah atasan saya menamai saya Ratna. Alasannya biar di mapingan dan jadwal bulanan nggak tertukar dengan Dewi Budianti. Alasan lain biar kalau live report trus di-split atau dijajar bareng Dewi Budianti kita nggak bingung nama Dewi mana yang dipanggil.

Kan nggak lucu kalau presenter bilang “Sudah ada rekan Dewi Budianti di lokasi demo di depan gedung DPR dan Dewi Ratnasari di Bundaran HI. Yak, silakan Dewi dengan laporan Anda”.

Lalu kita hanya membisu atau malah tabrakan ngomong karena bingung nama Dewi mana yang dipanggil. Sepele memang, tapi kalau benar kejadian berasa konyol. Kalau benar kejadian kan tambah-tambah lagi di-bully tempat kerja saya yang dulu.

Akhirnya saya okein pakai nama Ratna di kantor. Tapi nama itu jadi bias juga mengingat ada teman-teman lama saya di kantor atau di lapangan yang tahunya nama saya itu Dewi. Jadi pas mereka ditanya “Kenal Ratna nggak?” ya jelas jawabannya nggak kenal lha wong tahunya Dewi kok.

Awal jadi reporter kalau nulis naskah atau LOT (live on tape) saya masih menggunakan nama Dewi Ratnasari. Misalnya:

DARI JAKARTA/ DEWI RATNASARI/ (NAMA CAMPERS)/ TV ONE/ MENGABARKAN///

Tapi beberapa orang nggak ngeh kalau Ratna itu Dewi Ratnasari. Jadilah kadang suka salah paham misalnya saya jadi ditagih naskah dua kali. Ditelepon produser atau korlip nanya “Ratna, naskah kamu mana?”, padahal sudah disetor kan zzzzz banget. Saya juga menyadari kalau nama Dewi Ratnasari cukup panjang kalau diucapkan. Apalagi saya cadel jadi suka belibet kalau pas LOT.

(Baca juga: Menjadi Orang Cadel Itu Tidak Mudah)

Akhirnya saya memilih pakai nama RATNA DEWI. Singkat dan mudah diucap. Dua kata dengan empat suku kata. Berkaca dari para pesohor layar kaca kan banyak yang memakai nama dengan dua kata empat suku kata, misalnya Raffi Ahmad, Najwa Shihab, Ayu Dewi, Yuni Shara, Gading Marten, dan masih banyak lagi.

Jadilah sejak itu saya pakai nama beken Ratna Dewi. Teman reporter, atasan, sampai narasumber tahunya saya Ratna Dewi bukan Dewi Ratnasari. Sampai sekarang saya ngeblog pun blog saya jadi www.ratnadewi.me. Tapi sampai disitu trus selesai masalahnya? Nggak. Sejak menyandang nama beken (cailah, kayak artis aja) jadi Ratna Dewi jadi banyak orang yang skeptis sama saya. Misalnya:

Baca Juga:   Memori 2017: Tentang Blogging, Perjalanan, dan Rencana Perubahan

“Katanya kerja di TV One, tak tunggu-tunggu kok nggak pernah ada Dewi Ratnasari nongol di TV?”

reporter-ratna-dewi

Yaiyalah, kan nama beken saya Ratna Dewi. Makanya, situ nonton TV jangan sambil merem. Jangan-jangan liatnya wajah Dian Sastro tapi namanya Ratna Dewi *ditimpuk sejagat*.

Ya sudah, abaikan saja. Nama asli saya tetap Dewi Ratnasari kok.

Kenapa Jadi JawzQ?

Karena nama saya pasaran, banyak kerepotan yang saya alami ketika berkenalan dengan dunia internet. Di antaranya:

  1. Saya nggak bisa memakai nama dewiratnasari atau ratnadewi di akun-akun social media atau email saya. Alasannya karena ada yang sudah memakainya terlebih dahulu. Walaupun itu dikasih sisipan titik (.) atau underscore (_) tetap saja. Bahkan untuk domain www.dewiratnasari.com atau www.ratnadewi.com saja sudah nggak ada. Jadilah saya pakai dot me.
  2. Susah membranding diri karena nama Dewi atau Ratna itu sejagat banyak banget. Pas jadi reporter kalau ditanya “Kenal Dewi nggak?” atau “Itu lho Ratna” maka reaksi orang ada yang “Dewi/Ratna yang mana ya?”. Beda kalau namanya memang unik kayak misal teman saya Aseani, Sita Paprika, atau Windy Wellingtonia. Selain namanya unik juga nggak pasaran.
  3. Coba kamu search nama Dewi Ratnasari di google atau facebook pasti banyak banget. Bahkan, saat orang pengen add FB saya, suka bingung. Jadilah saya mending kasih dia link username-nya biar langsung ketemu. Atau coba search Ratna Dewi di google, yang ada nama tersangka kasus korupsi yang keluar.
  4. Orang susah mengenali saya. Kalau ketemu lagi dengan orang kadang nanya “Ini Dewi/Ratna yang mana ya?”. Dan akhirnya saya harus menjelaskan. Jadilah kalau kenalan sama orang saya juga bingung memperkenalkan sebagai siapa, Dewi atau Ratna. Makanya se-moodnya saya aja. Kadang kenalan pakai nama Dewi kadang Ratna.

Dan sebagainya, dan sebagainya.

Akhirnya, karena nama Dewi atau Ratna sudah pasaran saya sering menggunakan nama JAWZQ. Akun Twitter dan Instagram saya sebelumnya namanya @jawzq. Blog saya sebelum jadi domain berbayar juga jawzq.tumblr.com. Banyak yang penasaran kenapa namanya JawzQ.

JawzQ itu nama panggilan dari teman saya, Kak Okta. Sebelum jadi JawzQ, saya selalu dipanggil Jawir. Alasannya karena pas kuliah dulu saya orangnya Jawa banget, klemar-klemer dan lemah lembut. Kalau sepupu saya manggil Jawir dari nama singkatan saya DEWI.R jadi DEWIR jadi JAWIR. Nah, kata Kak Okta nama Jawir terlalu Jawa banget, katrok. Akhirnya diubahlah jadi Jawski yang kedengarannya metropolis, hahaha.

Baca Juga:   William Tanuwijaya: Mantan Penjaga Warnet yang Jadi CEO

Biar unik, saya lebih suka menulis Jawski jadi JawzQ. Lebih keren aja kayaknya, padahal mah alay. Bahkan saat masih ngetren Friendster, saya tulis nama akun saya dJ_Auzky, bacanya tetap Jawski kan? Tapi karena penulisannya jadi dJ_Auzky ada teman FS yang beneran percaya kalau saya itu DJ (disc jockey) dan memanggil saya dengan nama Auzky. Padahal mah iya, tiap hari nge-DJ di kitchen sink alias nyupir aka nyuci piring.

(Baca juga: Nostalgia Social Media)

Sejak itulah teman-teman dekat saya memanggil saya Jawski. Saya kalau dipanggil Dewi atau Ratna kadang noleh kadang nggak tapi kalau dipanggil “Jaws” atau “Jawski” pasti noleh. Karena Jawski adalah saya dan saya adalah Jawski. Aposeh, hahaha. Saking populernya dengan nama JawzQ, banyak juga yang nggak tahu nama asli saya Dewi Ratnasari, huhuhu.

Penulisan nama Jawski jadi JawzQ itu juga bikin orang kesusahan buat baca. Banyak yang bacanya jadi Jawz, Jawzo, dan bahkan teman saya Panggih yang dulu penyiar di Geronimo bilang nama saya JOKI pas bacain salam-salam yang saya kirim via radio. JOKI 3 in 1 keleus, hahaha.

Intinya ya, punya nama pasaran itu memang mudah diingat namanya tapi nggak enaknya suka bikin si empunya nama krisis identitas. Tapi saya nggak menyalahkan bapak saya yang udah kasih nama yang bagus buat saya. Toh, saya juga tetap bangga pakai nama Dewi Ratnasari di akun FB saya.

Karena alasan ini juga, kelak saya nggak mau namain anak saya pakai nama yang pasaran. Kasian dia nanti memikul beban berat yang ditanggung emaknya *lebayatun*. Dan mulai sekarang saya mulai membranding diri saya dengan ratnadewime sesuai dengan blog saya dan biar nama saya nggak melenceng terlalu jauh. Saya nggak mau kelak anak saya malah tahunya nama saya JawzQ bukan Dewi Ratnasari atau Ratna Dewi.

Jadi, jangan lupa follow akun instagram dan twitter @ratnadewime ya kakaaaakk. Teteup pada akhirnya promosi, hahaha.

 

Salam,

ratna dewi

59 Comments
Previous Post
Next Post
Ayomakan Fast, Feast, Festive 2023
Rekomendasi

Jelajahi Kuliner Bersama AyoMakan Fast, Feast, Festive 2023