Menyambut 2017, antara Resolusi dan Realitas

Menyambut 2017, antara Resolusi dan Realitas

resolusi/re·so·lu·si/ /résolusi/ n putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan tentang suatu hal.

Bulan Desember 2016 sudah mau habis. Ini tandanya, sebentar lagi siap-siap menyambut tahun baru. Ada rasa sedih dan senang. Sedih karena waktu ternyata berjalan cepat sekali dan kayaknya saya belum melakukan sesuatu yang berarti. Sementara senangnya kita masih diberi umur panjang untuk dapat menikmati hari sampai saat ini.

Bicara soal tahun baru pasti nggak bisa dipisahkan sama resolusi juga. Euforia bikin resolusi ini juga terjadi sama saya. Sebelumnya, saya memang mau menulis tentang resolusi tahun 2017 di blog. Eh, ndilalah Mbah Wati mengadakan giveaway tentang #Resolusiku2017. Ya sudah sekalian meramaikan hajatan giveaway-nya deh. Jadi ikutan aja.

Ganti Tahun Haruskah Selalu Membuat Resolusi?

Dulu setiap ganti tahun saya selalu bikin resolusi. List resolusinya banyak misalnya pengen lebih sehat, pengen rajin olahraga, harus mulai makan sehat, dan lain-lain. Namun, setiap akhir tahun saya jadi sedih soalnya banyak banget list resolusi yang hanya berakhir sebagai wacana. Hal ini terus terulang hingga beberapa tahun.

Sampai pada suatu saat saya mulai capek bikin resolusi melulu setiap ganti tahun tapi yang tercapai atau dilakukan cuma sedikit. Bahkan ada juga resolusi yang sudah dilakukan tapi ternyata gagal mencapai target. Saya jadi mikir, duh kayaknya saya nggak usah ikut-ikutan bikin resolusi kayak orang-orang lain daripada nantinya cuma berakhir sebagai wacana atau gagal mencapai target di tengah jalan. Yang ada saya jadi kecewa.

Tahun 2014 akhir menuju tahun 2015 jadi moment pergantian tahun yang saya lalui tanpa bikin resolusi. Takut kecewa lagi kalau nggak tercapai. Prinsip saya go with the flow aja. Iseng, saya tanya ke suami apa resolusinya untuk tahun baru. “Nggak ada resolusi,” begitu ujarnya. Ternyata suami saya memang nggak pernah bikin resolusi kalau mau tahun baru.

Saya kira, hidup tanpa resolusi itu lebih enteng dan gampang. Ternyata nggak. Buat saya yang orangnya ambisius dan punya target, go with the flow justru bikin malah nggak tentu arah. Saya jadi bingung mau menentukan tujuan. Lha bagaimana menentukan arah kalau tujuan aja nggak punya. Selain itu, melewatkan pergantian tahun tanpa resolusi kayaknya hambar banget.

Baca Juga:   Cerita Program Hamil Ketiga: Hallo, Prof Jacoeb

Akhirnya penghujung tahun 2015 lalu saya pun mulai mengubah konsep resolusi saya. Tahun baru tetap harus punya resolusi. Tapi resolusi juga harus realistis. Resolusi juga harus berpedoman sama realita yang ada. Realistis dengan keadaan dan kenyataan. Buat saya, resolusi juga nggak boleh muluk-muluk karena takutnya kalau nggak tercapai malah sakit hati. Oh ya satu lagi, resolusi buat saya juga jangan terlalu general biar bisa memilih jalan mana yang akan ditempuh untuk mewujudkan resolusi. Dengan begini, saya bisa lebih fokus mencapai resolusi dan menetapkan langkah.

Resolusiku 2017

1. Umroh

Umroh jadi resolusi yang pengen sekali saya wujudkan di tahun 2017. Tepatnya sih saya dan suami wujudkan. Kenapa baru tahun 2017? Karena tahun 2016 lalu kami baru memulai lagi menabung dari nol setelah uang tabungan terkuras habis untuk membeli rumah secara cash. Selain itu, tahun 2016 ini juga jadi tahun adaptasi saya setelah resign kerja. Sementara suami, sedang giat-giatnya bekerja dengan posisi barunya dan menggarap banyak proyekan dari klien. Jadi, praktis tahun 2016 kami belum diberi rezeki waktu yang luang. Namun beruntungnya di tahun ini pula kami bisa memulihkan kembali saldo tabungan kami setelah terkuras habis menjadi wujud sebuah rumah.

Umroh memang jadi cita-cita saya sejak dulu karena jujur saja saya pengen banget ke rumah Allah buat beribadah dan berdoa di sana. Kenapa umroh? Sebenarnya saya juga pengen naik haji tapi tahu sendiri kan antrian haji di Indonesia bisa pulkuhan tahun. Makanya saya pengen umroh saja terlebih dahulu.

Keinginan ini yang saya tularkan pada suami. Kebetulan, mertua saya juga sudah mengajak kami untuk umroh. Suami yang tadinya nggak pengen sama sekali akhirnya memasukkan umroh jadi resolusinya di tahun 2017 nanti. Alhamdulillah. Kami juga bersyukur kerja keras di tahun 2016 ini telah berbuah hasil tabungan yang sangat cukup untuk berangkat umroh berdua. Tinggal kami seriusi untuk mencari biro perjalanan dan terus mempersiapkan mental. Semoga resolusi yang satu ini bisa benar-benar terwujud.

2. One Day One Juz

Akhir tahun 2015 lalu saya nggak punya target dalam membaca Al Quran. Namun, saat flashback di akhir tahun ini saya justru amazing sendiri. Tanpa bermaksud riya, ternyata tahun 2016 ini saya sudah bisa khatam Al Quran sebanyak empat atau lima kali ya, saya lupa. Dari dua tahunan lalu saya memang mulai rutin membaca Al Quran setelah Solat Maghrib setiap Senin-Jumat sebanyak lima halaman (setengah juz). Biasanya saya bisa selesai khatam sekitar tiga bulan.

Baca Juga:   Terima Kasih 2015 yang Penuh Warna-Warni

Puncaknya, saya memasang target One Day One Juz (ODOJ) di Bulan Ramadhan 2016 ini. Saya sengaja tidak mengambil semua acara bukber blogger dan hanya menerima ajakan buka puasa bersama dengan teman-teman dekat, itu pun hanya dua kali. Saya pun bisa mencapai target, khatam Al Quran sebelum Ramadhan selesai. Setelah Ramadhan usai, kebiasaan membaca Al Quran saya kembali melempem seperti semula dengan sehari setengah juz. Karena dirasa kurang menantang, akhirnya beberapa bulan ke belakang saya mulai memperbanyak halaman. Target membaca per hari saya tingkatkan jadi tujuh hingga delapan halaman. Eh ternyata alhamdulillah saya bisa khatam dalam waktu dua bulan.

Tahun 2017 ini saya kembali mengencangkan target. Saya pengen bisa ODOJ. Pertimbangannya karena saya masih punya banyak waktu, belum sibuk ngurus anak. Malu lah kalau waktunya cuma dihabiskan buat gogoleran aja. Jadi dalam satu tahun saya pengen khatam enam kali atau lebih dari itu. Bismillah, semoga dengan sifat ambisius yang saya miliki, saya bisa menjalankan resolusi yang satu ini.

3. Rutin Olahraga Seminggu Sekali

Tahun 2016 jadwal olahraga saya amburadul banget. Sejak pindah rumah, saya belum menemukan tempat olahraga yang pas di dekat rumah. Alhasil, saya biasanya cuma olahraga sendiri atau sama suami. Dan tahu sama tahu ajalah kalau olahraga sendiri pasti susah banget konsistennya. Padahal saya udah bela-belain beli skipping rope, download video zumba, download video aerobik, sampai dikadoin matras yoga.

Beruntung, dua bulan terakhir ini ada tempat olahraga baru di dekat rumah. Tempat olahraganya menyediakan beberapa kelas kayak zumba, aerobik, yoga, belly dance, sampai muaythai. Walaupun masih suka bolong-bolong, tapi maksimal dua minggu sekali saya sempatkan buat olahraga.

(Baca juga: Tips Membangkitkan Lagi Semangat Berolahraga)

Nah, tahun 2017 ini saya pengen bisa konsisten olahraga seminggu sekali atau sebulan empat kali. Masak sudah ada tempat olahraga dekat rumah masih ngeles aja buat olahraga. Duh, malu sama lemak perut. Motivasi saya olahraga selain buat kesehatan juga buat mendukung program hamil sih. Doakan yaa, biar resolusi yang ini bisa tercapai juga.

Baca Juga:   Perjalanan Panjang demi Kamera Ponsel Baru

4. Hamil dan Punya Anak

Sebenarnya saya maju mundur mau menuliskan yang satu ini jadi resolusi. Pasalnya, punya anak kapan itu sudah takdir. Kalau memang belum waktunya diizinkan sama Allah ya belum dikasih. Jadi saya memang sudah berada di dalam tahap pasrah. Hanya saja ketika memutuskan untuk memasukkan punya anak dalam daftar resolusi, pertimbangan saya adalah anggap saja resolusi itu doa jadi semakin sering diucapkan semakin banyak pula yang mengaminkan.

PR tes lab yang sudah menunggu banyak sekali
PR tes lab yang sudah menunggu banyak sekali

(Baca juga: Cerita Program Hamil Ketiga: Hallo, Prof Jacoeb)

Untuk resolusi yang satu ini saya memang udah ikhtiar dari pertengahan tahun 2016. Dari mulai ganti dokter, memilih dokter yang saya dan suami anggap lebih mumpuni, menyiapkan mental untuk segala tes yang sudah dijadwalkan, rutin mengonsumsi obat yang sudah diberikan dokter (termasuk Viagra yang ternyata harganya bikin pengen nangis tiap bulan), hidup sehat, mulai menjaga makanan, rutin olahraga, perbanyak solat sunat, sampai menjadwalkan umroh 2017 agar kami bisa memanjatkan doa di tempat-tempat yang mustajab.

(Baca juga: Cerita Program Hamil Ketiga: Bersahabat dengan Viagra)

Sudah itu saja resolusi saya di tahun 2017. Kalau itu semua tercapai juga saya udah sangat sangat sangat bersyukur. Saya nggak mau terlalu muluk-muluk memang. Takutnya kalau resolusi gagal atau hanya jadi wacana itu lebih menyakitkan.

Trus gimana untuk urusan ngeblog? Saya go with the flow aja. Nggak mau dibawa stress karena nggak boleh stress. Nggak mau punya target khusus karena saya sedang mengejar target yang lain. Tapi yang pasti pakem saya ngeblog insyaallah masih terus dipertahankan mulai dari konsisten nulis perbulan di atas 10 tulisan, menimba banyak ilmu baru dari teman-teman, datang ke acara blogger sesekali (saya memang komit nggak mau setiap hari ikut acara blogger), ikut meramaikan lomba dan giveaway siapa tahu beruntung menang, dan syukur-syukur masih terus diberi rezeki ngeblog seperti tahun 2016 ini.

Nah, ini resolusiku di tahun 2017. Resolusimu apa? Share juga yuk!

Tulisan ini diikutkan dalam Hidayah-Art First Giveaway “Resolusi Tahun 2017 Yang Paling Ingin Saya Wujudkan”

1stgiveaway

 

ratna dewi

 

17 Comments
Previous Post
Next Post
Ayomakan Fast, Feast, Festive 2023
Rekomendasi

Jelajahi Kuliner Bersama AyoMakan Fast, Feast, Festive 2023