Dilarang Baper di Social Media?

Dilarang Baper di Social Media?

Beberapa waktu yang lalu ada teman blogger, Hilda Ika, yang bikin status yang menggugah hati saya. Kira-kira seperti ini ”

Can we just doing thing naturally? Seperti, follow tanpa berharap folbek misalnya? Ato BW tanpa ngarep di-BW-in balik? Susah ya.

Dunia maya terkadang banyak drama. Sama aja sih kayak dunia nyata. Cuma, karena siapa saja bisa nimbrung di dunia maya asalkan terkoneksi internet jadi bisa viral deh dramanya. Ditambah lagi terkadang dramanya karena hal-hal yang menurut saya sepele. Misalnya:

Di-unfollow baper…
Follow nggak ngefolbek baper…
Ada yang posting lagi di acara, baper. Katanya kok gue nggak diajak…
Komen nggak dibalas, baper…
Dan lain lain yang kalau dijabarkan tulisan ini jadi nggak selesai-selesai.

Menurut saya sih, kalau semua ditanggapin, kalau semua dibaperin mungkin nggak ada habisnya. Kesel thok.

Trus kamu nggak pernah baper di medsos donk, Dew?

Sapa bilang? Pernah donk. Saya pernah (dan masih sering) unfollow orang-orang yang bikin timeline saya nggak nyaman. Misalnya keseringan posting hoax, status penuh kebencian dan kata-kata kasar, pengamat politik dadakan dengan dasar portal atau web abal-abal, dan masih banyak lagi. Ya, pokoknya yang bikin rusuh timeline deh. Hmm, yang begitu masuk baper nggak ya?

(Baca juga: Timeline Facebook-mu ‘Rusuh’ Banget? Ikuti Tip ‘Menenangkan’ Timeline dari Blogger Berikut Ini)

Social Media VS Real Life

Dulu zaman masih aktif kerja sebagai reporter, bisa dibilang saya cuma hidup di satu dunia yaitu dunia nyata. Socmed tetap punya, Facebook dan Twitter tapi frekuensi dibukanya sangat jarang karena suka males lihat bully-an orang ke teman-teman atau rekan kerja saya. Terbiasa hidup di dunia nyata membuat saya berinteraksi sama orang yang walaupun nggak saya kenal tapi pernah saya temui walaupun sekali. Terbiasa melihat ekspresi orang secara nyata dari senang, sedih, marah, kesal, jengkel, sampai muka dua, hahaha.

Setelah memutuskan untuk ngeblog, otomatis saya juga harus menghidupkan lagi akun-akun social media. Berinteraksi lagi dengan orang-orang dunia maya dan menerima pertemanan dengan orang-orang asing yang sama-sama berlatar belakang vlogger. Bisa dibilang saya hidup di dua dunia, dunia nyata dan dunia maya. Kayak kodok ya, hidup di dua alam, lol.

Baca Juga:   Mengenal Banyak Karakter Blogger di Blogger Day 2017

Berinteraksi kembali di dunia maya rupanya bikin saya menemukan banyak hal yang unik. Salah satu contohnya adalah dalam menilai karakter seseorang. Kalau dulu pas kerja saya bertemu langsung dengan teman-teman sehingga tahu bagaimana sifat, tabiat, sampai ekspresinya. Nah, kalau di dunia maya ini berbeda. Terkadang orang yang sepertinya cerewet atau tukang bikin status pas ketemu langsung ternyata pendiam atau tidak seaktif dalam membuat status. Yah, walaupun yang aktif di medsos dan pas ketemu cerah-ceria aja juga banyak.

Saya jadi ingat, beberapa waktu yang lalu pas ikut acara Blogger Day 2017 bareng Blogger Crony, ada materi khusus yang membahas soal Social Media vs Real Life yang dibawakan oleh Ferri Yuniardo atau Mas Ferri saat itu. Mas Ferri membuka materi dengan kata-kata kurang lebih seperti ini:

Social Media itu bukan hidup kita

“Lho kok bisa? Bukannya social media itu tempat kita nyari makan? Berarti nggak bisa donk lepas dari hidup kita!”

Kira-kira ada yang merepet kayak gitu nggak ya?

Sabar. Kita cari tahu lebih lanjut yuk apa yang dimaksud Mas Ferri.

ferri-yuniardo

Buat kita ((KITA)), ehmm saya yang cari uang lewat social media kadang ada yang jadi susah membedakan dan memisahkan social media dengan dunia nyata. Ayok ngaku siapa yang kayak begitu? Alhasil, apa yang terjadi di social media itu dimasukkan ke hati alias dibawa baper. Contohnya, di-unfollow teman jadi baper dan malah bilang memutuskan silaturahmi dengan nggak mau tegur sapa. Padahal, hey itu cuma unfollow tapi malah beneran jadi putus pertemanan. Unfollow di dunia maya bukan berarti memutuskan pertemanan di dunia nyata kan?

Kalau memang mau bergaul dan menjalin pertemanan yang sesungguhnya ya di dunia nyata contohnya lewat kopdar atau pertemuan blogger kayak event Blogger Day saat itu.

Realitas Social Media yang Dibangun

Kalau social media bukan hidup kita, berarti apa yang ada di dalamnya tak semuanya nyata. Sama halnya dengan dimensi dunianya yaitu dunia maya, maka apa-apa yang ada di social media ya tak selamanya nyata. ‘Kenyataan’ yang ada di social media itu dibangun. Kalau kata Mas Ferri sih, kontennya bisa saja real tapi kemasannya bisa bohong.

Baca Juga:   Ketika Jernih Saja Tak Cukup Jadi Kriteria Air Minum Sehat

Sering kan kita lihat foto makanan, pemandangan, atau bahkan selfie yang kelihatannya wah banget, ciamik dan cantik. Pasti jadi kepengen deh kalau melihat yang kayak gitu. Tapi pas kita makan, pergi ke suatu tempat, atau selfie yang sama seperti yang orang posting belum tentu sebagus itu. Iya, karena banyak orang sudah pintar memoles social medianya. Ada orang yang membangun image di social medianya sedemikian rupa tapi kehidupan aslinya mungkin saja berkebalikan 180 derajat dari apa yang sering ia posting di socmed. Ya begitulah social media. Udah ngerti belum?

expectation vs reality 2

expectation vs reality 3

Kalo belum ngerti juga saya kasih contoh lain nih. Kita sering melihat kan banyak foto selebgram yang ciamik banget. Di foto-foto yang dia posting selalu memperlihatkan kemana-mana dan lagi ngapain dengan wajah yang tetap cantik, make up tipis, baju kece, dan difoto dengan komposisi yang bagus. Sampai-sampai lagi bangun tidur atau masak di rumah aja tetap kece. Bandingkan sama kita, eh saya lah yang bangun tidur rambut berantakan, belekan, wajah pias, bibir kering, dan kulit berminyak.

Namun, kita nggak pernah tahu aslinya si selebgram itu kalau lagi masak atau bangun tidur kan? Emang yakin dia pas bangun tidur udah cantik dengan make up tipisnya? Bisa jadi justru wajah sehari-harinya beda banget dengan yang selama ini dia posting. Iya, karena baginya social media adalah ladang penghasilan yang harus ia bangun imej-nya dan ia jaga. Makanya kita nggak boleh terlalu baper dengan ada yang ada di social media.

expectation vs reality

Karena nggak boleh terlalu baper maka lebih baik kalau social media diisi dengan perilaku-perilaku yang positif dan mendukung kegiatan kita, seperti:

  • Jangan julid kalau orang lain sedang sibuk melakukan pekerjaan di social media misalnya buzzing. Sering banget kan timeline kita dipenuhi oleh hashtag itu lagi-itu lagi atau dia lagi-dia lagi yang bikin status. Seberapa banyak dari kita yang membatin “Duh, dia lagi sih yang dapat kerjaan” atau “Duh, dia lagi nyampah menuhin timeline”? Kalau kita masih seperti itu, ubah sekarang juga. Kenapa? Karena rezeki setiap orang beda. Hukum timbal balik pun ada. Kita nggak mau kan kalau suatu saat sedang mengerjakan tugas di socmed trus dijulidin orang?
  • Kalau perlu bantu like/retweet/komen teman yang sedang bertugas atau kebagian rezeki pekerjaan di social media. Jangan malah di-unfollow karena dia menjadikan timeline-mu 4L (lo lagi lo lagi). Siapa tahu dengan membantu dia secara nggak langsung kita juga jadi kecipratan rezeki. Dan ingat juga hukum timbal balik. Jadi kalau suatu saat kita yang dapat pekerjaan, orang lain juga mau untuk support.
  • Perbanyak postingan positif agar orang lain atau brand suka dengan postingan kita. Mulai sekarang, usahakan meminimalisir curhat pribadi khususnya yang berisi kegalauan dan keluhan di media sosial apalagi kalau curhatnya berupa hujatan, hinaan, atau cibiran terhadap suatu hal atau pihak tertentu.
  • Perbanyak kuantitas konten di social media (dan juga blog). Bisa dimulai dari cari apa yang sedang tren/populer di Google dan dijadikan pembahasan di akun social mediamu.
  • Fokus pada apa yang sedang dilakukan dan ingin dicapai. Karena dengan fokus pada apa yang kamu lakukan, kamu bisa mencapai tujuan yang diinginkan.
Baca Juga:   Lebih Tenang dengan Investasi

Nah, itu dia beberapa ilmu yang menurut saya penting dan disarankan untuk dilakukan pada kita yang setiap hari berkecimpung di dunia social media dan hidup dari situ. Mau dipraktikin atau nggak memang kembali ke pribadi masing-masing sih. Tapi nggak ada salahnya untuk mempraktikin beberapa ilmu yang diberikan sama Mas Ferri demi menjadi sosok yang lebih baik di dunia social media kan?

Oh ya, postingan ini adalah satu dari beberapa materi seru lainnya saat Blogger Day 2017 lalu. Pengen tahu keseruan lainnya di Blogger Day 2017? Simak terus blog ini dan postingan selanjutnya. Atau kalau udah ngebet banget nih saya kasih sedikit saja bocorannya di video youtube di bawah ini.

 

ratna dewi

9 Comments
Previous Post
Next Post
Ayomakan Fast, Feast, Festive 2023
Rekomendasi

Jelajahi Kuliner Bersama AyoMakan Fast, Feast, Festive 2023